Bangun malam, salah satu hal yang disenangiku, terlepas bangunnya itu untuk sholat malam ( tahajud ), atau untuk hal-hal biasa yang sangat manusiawi. Tapi yang jelas ketika bangun di tengah malam, dikala orang-orang sedang menikmati empukan kasur dan lembutnya bantal yang diiringi dengan gemerciknya suara air hujan di tengah malam yang menambah nikmat dan menghangatkan kelelapan tidur orang-orang, menjadikanku bisa merenung dan bermuhasabah ( instropeksi diri ) dan mengingat hal-hal yang sudah berlalu dilakukan sepanjang siang atau sepanjang hidupku dengan tenang dan khusyu. Maha benar Allah yang telah menciptakan malam sebagai waktu yang penuh dengan ketenangan dan keheningan, sehinnga hamba-hambanya bisa menggunakannya sebagai waktu mengingat dan merenungi semua perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan pada siang harinya.
Kurang lebih satu bulan aku tinggal di rumah baru, tepatnya di Perum Taman Ventura Indah II, Blok D 5, yang berlokasi di Jalan Curug Agung, Tanah Baru, Beji Depok. Sebuah perumahan yang cukup sederhana dan cocok dengan keadaan keuangan keluarga. Sudah lama sekali, sebenarnya aku mendambakan sebuah rumah untuk menetapkan keluargaku yang selama tiga tahun hidup berpindah-pindah, dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrkan yang lain. Betapa cape dan lelah sebenarnya, setiap bulan harus membayar uang kontrakan dengan dibarengi rasa tidak tenangnya, karena setiap saat harus berhati-hati dan berwaspada dengan pemilik kontrakan, berhubungan dan bemu’amalah baik denganya. Kalau tidak, harus bersiap-siap untuk selalu dinaikan harga kontrkannya, atau yang paling menakutkan, diusir karena bermasalah dengan pembayaran setiap bulan.
Al-hamdulillah, dengan karunia-Nya, aku bersama-sama dengan istriku yang tercinta dan yang sangat penuh pengertian, bisa bertekad untuk memulai berkredit rumah ( KPR ). Walaupun kami, sangat merasakan dan mengakui betapa banyak anggaran yang harus disiapkan untuk pengurusan KPR ini. Bisa dibayangkan, gajiku dan gaji istriku sebagai seorang guru honorer di sebuah sekolah pendidikan dasar Negeri, tidak dapat mencukupi sebagai persyaratan KPR. Tapi dengan pengertian dan kesetiann istriku, gajinya rela dijadikan sebagai uang setoran KPR ini. Dan dengan bantuan dan pengertian dari pihak sekolah yang mnenjadi tempat kerjaku dan istriku, persyaratan KPR tersebut bisa diusahakan, walaupun dengan menyesuaikan slip gajiku dan istri dengan persyaratan-persyaratan KPR. Akhirnya proses pengurusan KPR berjalan dengan lancar, sehingga pihak Bank bisa mempercayai kami untuk dijadikan sebagai nasabahnya dalam pengkredit rumah.
Sebenarnya sebelum KPR ini berlangsung, aku dan istriku mengalami satu hal yang sangat menyedihkan dan menyesalkan. Karena pada waktu itu, ceritanya aku bersama-sama dengan istriku, juga dengan teman-teman lain guru, mengikuti program pinjaman dari suatu Bank, yang kebetulan waktu pihak Bank tersebut mempromosikan proramnya tersebut ke tempat kerjaku, yang akhirnya aku dan istriku sepakat untuk mengikuti proggram Pinjaman tersebut. Dan persyaratan-persyaratannya pun disiapkan. Tapi ketika aku dan istriku dan juga teman-teman yang lainnya mau melakukan transaksi kredit di Bank DKI, ternyata sangat tidak diduga dan diperkirakan kenyataan berbeda dengan apa yang disampaikan di sekolah ketika pihak bank presentasi. Kami ( dengan istri ) tibalah waktunya dipanggil yang tadinya dikira untuk langsung dilakukan transaksi dan tanda tangan, akan tetapi yang terjadi adalah introgasi dan klarifikasi oleh pihak bank akan status saya. Yang dikatakan oleh pihak bank adalah kami dinyatakan telah memanipulasi data dari yang sebenarnya. Pihak merasa dibohongi dengan data yang kami tulis dalam fomolir proposal. Permaslaahannya adalah bahwa tidak diperbolehkannya suami istri masing-masing mengajukan proposal kredit peminjaman. Sementara kami waktu pengisian proposal adalah sesuai dengan KTP yang ada, yaitu masih status belum nikah. Maka oleh karena demikian maka mengajukanlah kami berdua masing-masing proposal kredit tersebut. Akhirnya kami ( sama istri ) sekaligus dinyatakan sebagai pemalsuan data, yang pada akhirnya kemudian berdampak pada proposal tersebut untuk tidak diterima dua-duanya.
Akhirnya dipenghujung tahun 2008, tepatnya di bulan November, kami sudah melunasi DP kredit rumah dan sekaligus mengisinya. Karena sebelumnya, tidak diperkirakan kalau rumah itu sudah hampir selesai dibangun. Sebenarnya hal ini menjadi suatu hal yang disayangkan bahkan disesalkan, betapa tidak, karena kami telah merencanakan ketika rumah itu mau dibangun, kami harus melihat terlebih dahulu, bagaimana proses pembangunannya. Bahkan kami sudah mempersiapkan untuk pembangunan pondasinya disiapkan untuk berlantai atas. Tapi ternyata hal itu semua itu tidak bisa dilakukan. Akhirnya kami tidak bisa melakukan apa-apa kecuali harus percaya kepada pengemban. Karena katanya, rumah ini atau pondasi rumah ini siap berlantai dua. Maka ya sudahlah kami bismilah dan tawakkal kepada Allah –lah untuk menempati rumah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar