ALAMAT RUMAH

TAMAN VENTURA INDAH 2 BLOK D5 RT.02/10.JL.CURUG AGUNG TANAH BARU BEJI - DEPOK 16426

اهـــلا وســهــلا

sebuah perjalanan panjang dipenghujung tahun 2008. kami bersukur kepada Allah Swt, yang telah memberikan nikmat sebuah rumah yang sangat cukup bagi kami, beralamat di Jalan Curug Agung, Tanah Baru Beji -Depok. perumahan yang terjangkau untuk dimiliki. juga yang terpenting adalah letak yang cukup dekat dengan tempat kerja. Alhamdulillah. karena berbulan-bulan kami mencari rumah ke berbagai tempat sekitar depok dan sekolah tempat mengajar, ternyata sangat sulit menemukan rumah atau perumahan yang cocok dan sesuai dengan kondisi keuangan kami. kenikmatan itu datang lagi dengan lahirnya anak kami yang ketiga dan keempat ( kembar ) di awal tahun 2010, sangat membahagiakan.

العـلـم نـور ونـور الله لايـهــدى للــعـاص

USAHA MENDULANG UANG BERKAH

SUMBER HERBAL

Rabu, 17 Februari 2010

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK

Abstrak: Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
pembelajaran ALA adalah karakteristik siswa. Dalam pemiliha n materi, metode,
teknik, media, alat evaluasi, dan tempat pembelaja ran, perlu diperhatikan
karakteristik siswa, yaitu bahwa siswa (1) masih belajar dan senang berbicara
tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan
sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5)cenderung senang mendapatkan  penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar. Kata-kata kunci: Pembelajaran, Bahasa Arab, ALA Pembela jaran bahasa Arab untuk anak atau Al-‘Arabiyyah Lil Athfal (ALA) dalam bentuk verbal yang bertujuan mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan do’a-da ’a serta bacaan-bacaan shalat telah lama berlangsung di Indonesia.Kegiatan pembelajaran bahasa Arab itu diperkirakan telah berlangsung sejak awa l masuknya agama Islam ke Indonesia yaitu pada abad ke 12 (Muhaiban,
2002).Pembela jaran ALA seperti itu dilaksanakan di rumah-rumah keluarga muslim, di masjid, mushalla, madrasah diniyah, atau di taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ)(Effendy, 2001). Menurut statistik tahun 1990 (Dhofier, 1994 dalam Effendy 2001) jumlah madrasah diniyah saja di Indonesia mencapai 16.680 dengan
2.479.572 santri. Sedangka n jumlah TPQ yang diperkirakan lebih banyak belum
ada data resminya.Jumlah lembaga pendidikan dasar yang sangat besar tersebut merupakan modal
bagi pengembangan pembelajaran ALA pada saat ini dan pada masa-masa mendatang. Pengembangan yang perlu dilakukan terutama menyangkut tujuan, metode, dan strategi pembelajaran. Selama ini tujuan pembela jaran ALA sebagaimana tersebut di atas adalah untuk mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan menulis huruf Arab dalam lingkup terbatas. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode hapalan. Untuk
pengenalan huruf Arab dipakai metode eja atau thariqah hajaiyyah. Pada tahun Muhaiban adalah dosen pada Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang delapan puluhan dikembangkan metode ba ru yang berbasis pengenalan bunyi yang dikenal dengan thariqah shautiyyah tahliliyyah
tarkibiyyah (Effendy, 20 01) Pada saat ini terdapat sejumlah madrasah ibtidaiyyah dan TPQ yang berupa ya
mengembangkan ALA tersebut. Pengembangan diarahkan pada pembelajarankemampuan dasar bahasa Arab.
Pembela jaran ALA menduduki tempat yang strategis dalam konteks pembelajaran bahasa Arab secara umum di Indonesia. Di samping karena jumlah lembaga pendidikan dasar -baik forma l maupun non-formal- sangat besar, juga karena anak-anak pada usia pendidikan dasar tersebut pada dasarnya cenderung
mudah belajar bahasa terutama yang terkait dengan oral skill. Permasalahan muncul karena guru kelas pada pendidikan dasar ini umumnya tidak disiapkan untuk mengajar ALA. Di antara mereka memang ada yang
memiliki latar belakang pendidikan bahasa Arab, akan tetapi tidak secara khusus
disiapkan sebagai guru ALA.Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dapa t dilakukan dengan
memberikan pelatihan pembelajaran ALA bagi guru-guru bahasa Arab. Pengetahuan praktis tentang pemilihan materi, strategi, dan media pembelajaran ALA mungkin a kan membantu para guru dalam mengatasi perma salahan pembelajaran ALA baik di lembaga pendidikan formal maupun non-formal. Artikel ini akan memaparkan secara garis besar stra tegi yang mungkin dapat ditempuh oleh para guru bahasa Arab dalam pembelajaran ALA. KUR IKULUM ALA Pembela jaran bahasa Arab untuk pendidikan tingkat dasar, utamanya di Madrasah Ibtidaiyah, selama ini mengacu kepada Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Tahun 1994. Dalam kurikulum tersebut bahasa Arab disajikan mulai kelas 4. Sebagai perbandingan, untuk Sekolah Dasar, bahasa asing tida k secara jelas disebutkan dalam kurikulum. Dalam surat keputusan Mendiknas No.
0487/4/1992 Bab VIII disebutkan bahwa sekolah dasa r dapat memasukkan pelajaran tambahan da lam kurikulumnya sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Berkenaan dengan kebijakan tersebut terbit surat keputusan lain No. 060/U/1993 yang menyatakan bahwa bahasa Inggris dapat
dikenalkan kepada siswa kelas 4 sekolah da sar Untuk mendukung kebijakan mengenai pembelajaran bahasa asing di tingkat dasar tersebut beberapa daerah telah memasukkan bahasa Inggris ke dalam muatan lo kal. Sebagai contoh Depdiknas Jawa Timur telah mengesahkan
kurikulum lokal bahasa Inggris dengan surat keputusan No. 172/104/4/94/SK.
Dalam kurikulum muatan lokal tersebut antara lain disebutkan bahwa setelah
menyelesaikan pendidikan dasar, siswa diharapkan dapat mengua sai bahasa
Inggris sederhana yang melipui 500 kosa kata. Kurikulum loka l tersebut memuat
tujuan pembela jaran, materi, metodologi, dan evaluasi (E. Suya nto, 2000).
KARAKTERISTIK GURU DAN SISWA
Peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting, terlebih lagi pada pendidikan
tingkat dasar. Guru sebagai bagian penting dari proses pembelajaran memiliki
fungsi perencanaan (at-takhthith), implemantasi (at-tanfidz), dan evaluasi (at-
taqwim) (Cooper, 1979).
Ketiga fungsi tersebut harus dapat dijalankan oleh setiap guru termasuk guru
dalam pembelajaran ALA. Menurut pengamatan, para guru ALA di taman kanak-
kanak (TKQ/TPQ) dan sekolah dasar (SDI/MI) umumnya tidak memiliki latar
belakang pendidikan bahasa Arab. Hanya sedikit di antara mereka pernah
mengikuti pelatihan tentang pembelajaran bahasa Arab untuk anak.
Akhir-akhir ini perhatian masyarakat terhadap pembelajaran bahasa asing untuk
anak semakin besar. Khususnya bahasa Inggris dan Arab. Hal itu diikuti pula oleh
upaya-upaya pengembangan pembelajaran yang dilakukan oleh para ahli dan
guru-guru bahasa.
Kenyataan tersebut memberi dampak positif pada profesi pembelajaran bahasa
asing untuk anak. Dalam konteks ALA, itu berarti bahwa guru ALA dituntut
memiliki keterampilan khusus (profesional) untuk mengajarkan bahasa Arab
pada siswa ta man kanak-kanak dan sekolah dasar. Di samping memiliki
kemampuan bahasa Arab yang baik, guru ALA hendaknya juga memiliki sifat dan
sikap aktif, kreatif, menyenangkan, dan terbuka. Philip (1995, dalam E. Suyanto,
2000) menyatakan bahwa membantu siswa untuk belajar dan berkembang itu
lebih penting dari pada sekedar mengajarkan bahasa. Itu berarti bahwa apabila
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa itu menyenangkan, akan berkesan
dan mudah diingat oleh siswa.
Beberapa karakteristik tersebut menjadi semakin penting untuk dimiliki oleh guru
ALA karena siswa yang akan mereka hadapi dalam pembelajaran juga memiliki
karakteristik khusus sebagai anak-anak yang perlu dihadapi dengan strategi
khusus pula oleh guru.
Pemelajar anak-anak umumnya masih belajar tentang lingkungan mereka.
Mereka gemar berbicara tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu),
mainan, dan teman bermain. Mereka senang berlari-lari kesana kemari dan
senang belajar sesuatu dengan cara langsung mempraktekkannya seperti
bernyanyi, bermain, mewarnai, dan menggunting gambar. Anak-anak cenderung
senang bertanya. Hal itu karena secara so sial, mereka perlu mengembangkan
serangkaian karakteristik yang memungkinkan mereka untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat mereka berada (E. Suyanto, 200)
Sco tt dan Ytreberg (1990) mengemukakan beberapa karakeristik a nak.
Menurutnya, anak-anak (1) dapat mengutarakan sesuatau yang akan mereka
kerjakan, (2) dapat menguta rakan sesuatu yang telah mereka kerjakan dan
mereka dengar, (3) belajar sambil bekerja (learning by doing), (4) dapat
berargumentasi, dan (5) dapat menggunakan pola-pola intonasi bahasa ibu.
Sementara itu Furaidah (dalam Ainin 1999) mengemukakan beberapa
karakterisik anak sebagai pemelajar bahasa. Menurutnya, ana k-ana k (1)
memiliki kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang, (2) memahami
hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara a nalitik, (3) belajar
bahasa melewati suatu masa yang disebut dengan periode bisu (fatrotush
shumti). Artinya, pada awal belajar bahasa, anak-anak hanya dapat mendengar,
belum dapat berbicara; (4) cenderung belajar bahasa melalui pemerolehan
(iktisab), yaitu suatu pengembangan kemampuan berbahasa secara ala maiah,
bukan mempelajari bahasa secara formal dengan mengka ji aturan-aturan bahasa
(Krashen, 1985); dan (5) pada usia sekolah dasar pada umumnya berada pada
tara f berpikir secara konkret.
Agar pembelajaran ALA dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang
telah dicanangkan, profesionalisme guru ALA yang diwujudkan dengan
pemenuhan kriteria-kriteria tersebut sangat diperlukan. Sehingga karakteristik
siswa seperti disebutkan di atas tidak akan menjadi kendala pembela jaran bagi
guru, tetapi sebaliknya justru akan menjadi pendorong tercapainya tujuan
pembelajaran.
PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN ALA
Salah satu prinsip umum pembelajaran adalah bahwa pembelajaran hendaknya
dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik individual siswa yag
menyangkut perkembangan emosional, perkembangan intelektual, kondisi sosial,
dan lingkungan budaya.
Pada dasarnya pembelajaran ALA juga harus berpijak pada prinsip-prinsip umum
tersebut. Di samping itu, ada prinsip-prinsip da sar yang perlu diperhatikan sesuai
dengan karakteristik anak. Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di
antaranya Scott, Lee, dan Borridge (dalam Rachmayanti, 2000) mengemukakan
beberapa prinsip pembela jaran yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
Pertama, berpijak pada dunia anak. Dunia anak berkisar pada keluarga, rumah,
sekolah, ma inan, dan teman bermain. Kedua, berangkat da ri sesuatu yang sudah
diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang
belum diketahui atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya dari lingkungan
rumah ke lingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat,
kemudian ke lingkungan sekolah. Ketiga, pembelajaran dikaitkan dengan hal-hal
yang menjadi interes anak Keempat, po kok-pokok pembelajaran yang disajikan
berangkat dari pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dengan menggunakan
bahasa Arab sederhana. Kelima , tugas-tugas diorientasikan kepada aktifitas atau
kegiatan. Keenam, ba han pembelajara n merupakan kombinasi antara sesuatu
yang bersifat fiksi dan non-fiksi/konkrit. Ketujuh, materi diorentasikan kepada
pelaksanaan silabus dan pengembangan dua komponen bahasa (kosa ka ta dan
struktur) dan empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis) Kedelapan, budaya nasional dan asing dikenalkan secara bertahap.
Kesembilan, pokok-pokok pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya disesuaikan
dengan usia pembelajar.
STRATEGI PEMBELAJARAN ALA
Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran ALA, guru hendaknya
terlebih dahulu memahami dengan baik prinsip-prinsip pembelajaran ALA dan
karakteristik siswa yang akan diajar. Karakteristik siswa tersebut anta ra lain
seperti yang telah disebutkan terdahulu, misa lnya siswa (1) masih belajar dan
senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang
mempraktekkan sesuatu yang ba ru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung
senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan pengha rgaan, dan (6)
cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar.
Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, guru dapat memilih strategi
pembelajaran ALA yang sesuai. Salah satu karakteristik siswa adalah bahwa
pengetahuan mereka masih terbatas pada lingkungan hidup mereka seha ri-hari.
Berdasarkan hal tersebut maka materi pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal
yang terkait dengan lingkungan mereka. Misalnya tentang diri mereka sendiri,
orang tua (bapak/ibu), saudara kandung, rumah dan isinya, binatang piaraan,
mainan, lingkungan sekolah, dan teman bermain.
Di samping itu, ada pertimbangan lain yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
memilih materi sebagaimana dikemukakan oleh Dick dan Carey (1985), antara
lain apa kah materi pembelajaran (1) cukup menarik, (2) isinya relevan, (3)
urutannya tepa t, (4) mengandung informasi yang dibutuhkan oleh siswa, (5)
berisi soal latihan, dan (6) berisi jawaban untuk latihan ya ng diberikan.
Asy-Sya’ban (dalam Ainin, 2002) mengemukakan beberapa prinsip yang ha rus
diperhatikan oleh guru dalam pemilihan materi, yaitu materi pembelajaran
dimulai (1) dari hal yang diketahui oleh siswa ke hal yang belum diketahui, (2)
dari yang paling mudah ke yang paling sulit, (3) dari yang paling sederhana ke
yang paling kompleks, (4) dari yang kongkrit ke yang abstrak, dan (5) da ri yang
praktis ke yang teo ritis.
Di muka telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik siswa usia ka nak-kanak
adalah bahwa mereka senang bertanya. Ha l tersebut perlu dijadikan
pertimbangan oleh guru dalam memilih strategi pembela jaran. Dalam memulai
kegiatan pembelajaran misalnya, guru dapat merangsang lahirnya keingintahuan
siswa. Dengan demikian a kan timbul pertanyaan atau komentar dari siswa yang
mengarah pada substansi materi. Dengan lahirnya pertanyaan dari siswa
tersebut sangat memungkinkan terjadinya interaksi dan kuminaksi multi arah.
Untuk memotivasi aga r siswa dapa t mengikuti pembelajaran dengan baik, guru
dapat melakukan variasi. Variasi ini bisa dilakuan dari segi materi,
metode/teknik, media, dan tempat. Motivasi juga bisa diberikan kepada siswa
dalam bentuk hadiah berupa pujian, nasihat/himbauan, nyanyian, barang, dan
pemaparan hasil karya.
Dalam memilih metode atau teknik pembelajaran ALA, guru juga perlu melihat
salah satu karakteristik yang menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka senang
bermain. Melihat karakteristik seperti itu, maka metode yang relevan untuk
pembelajaran ALA adalah metode bermain dengan berbagai tekniknya. Bermain
sambil belajar dan belajar sambil bermain mungkin lebih relevan bagi mereka
karena pada dasarnya mereka cenderung menyukai aktifitas. Guru hendaknya
dapat mengemas aktifitas tersebut dalam perma inan dan sekaligus
pembelajaran. Beberapa bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran ALA misalnya (1) lagu (al-qashidah/alghina’), (2) cerita (al-
qishshah), dan (3) permainan (al-la’b). Ketiga bentuk permainan tersebut akan
dikemukakan secara garis besar dalam artikel ini.
Lagu/Nyanyian (Al-Qashidah/Al-Ghina’)
anak-anak dalam berbagai umur pada dasarnya senang mendengarkan,
menyanyikan, dan belajar dengan nyanyian/lagu. Oleh karena itu, musik secara
umum merupa kan bagian penting dari proses belajar-menga jar bagi siswa
kanak-kanak. Hampir semua bentuk nyanyian –dari yang tradisional sampai
dengan yang pop- dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran. Hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa guru hendaknya dapat memilih/menyeleksi –
atau menciptakan- lagu yang dapat digunakan, ba ik untuk menyanyi bersama
maupun untuk menyanyi sambil melakukan kegiatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih lagu untuk pembelajaran ALA
antara lain (1) syair atau kata-kata dalam lagu hendaknya jelas, (2) bahasa yang
digunakan dalam lagu tersebut tidak terlalu sulit, (3) tema lagu dipilih yang
sesuai dengan dunia anak, (4) lagu tidak terlalu panjang, dan (5) lagu
diupayakan memiliki keterkaitan dengan materi yang dia jarkan (Anugerahwati,
2000). Beberapa contoh lagu dapa t dilihat pada bagian akhir artikel ini.
Di antara tujuan penggunaan lagu untuk pembelajaran ALA di dalam kelas adalah
untuk (1) membuat kaitan antara kegiatan dan obyek/benda dengan kata-kata,
(2) meresapkan bunyi-bunyi bahasa Arab, (3) mengembangkan kepekaan ritme,
dan (4) menghafal kosakata tertentu.
Cerita (Al-Qishshah)
Seperti halnya lagu, cerita juga merupakan hal penting dalam pembelajaran ALA.
Mendengarkan cerita yang dibacakan atau diceritakan oleh guru merupakan
kegiatan yang disenangi oleh siswa kanak-kanak. Namun demikian, siswa yang
lebih besar dapat diminta untuk melakukan sesuatu selama mendengarkan
cerita, misalnya menggambar sesuatu yang ada dalam cerita, atau diminta
membuat cerita dari rangkaian gambar atau kartun.
Ada dua kegiatan yang dapat dila kukan guru dengan cerita, yaitu menceritakan
cerita dan membacakan cerita. Dalam menceritakan cerita, guru tidak membawa
buku dan tidak terpaku pada cerita yang akan diceritakan. Guru dapat
mengapresiasi cerita yang sedang diceritakannya itu dengan sedikit mengubah
atau menyesua ikan bahasanya dengan tingka tan anak-anak. Dalam membaca
cerita, guru membaca cerita dari buku dengan suara yang keras. Untuk
keperluan ini sebaiknya guru menggunakan buku besa r yang dapa t dilihat
dengan jelas oleh semua siswa . Kegia tan dalam kelas cerita ini dapat bervariasi
sesuai dengan umur siswa. Siswa yang lebih kecil dapat diminta untuk
“mendengarkan dan melakukan” (al-istima’ wal ‘amal), “mendengarkan dan
menirukan” (al-istima’ wattardid), atau “memanto mimkan” (at-taqlid/at-tahrij).
Di sisi lain, siswa yang lebih besar dapat diminta untuk melakukan kegiatan yang
lebih kompleks seperti “mendengarkan dan menggambarkan route” (al-istima ’
wa rasmuththariq), “melihat dan menceritakan cerita” (al-musyahadah wal
hikayah), atau “mendra matisasikan cerita” (at-tamtsil).

Agar pembelajaran dengan menggunakan cerita dapat berjala n dengan baik, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu: (1) guru hendaknya
menyiapkan kerangka cerita, (2) guru menyajikan cerita dengan suara yang
keras dan jelas, (3) guru hendaknya menggunakan ekspresi, mimik, gerakan,
dan isyarat, (4) guru hendaknya menggunakan kontak pandang dengan siswa,
(5) guru perlu menyiapkan siswa untuk mendenga rkan cerita dengan
mengemuka kan beberapa pertanyaan pancingan, dan (6) guru hendaknya selalu
memperhatikan waktu.
Permainan (Al-la’b)
Anak-anak pada umumnya memiliki permainan favorit yang sering mereka
lakukan. Ka rena pada dasa rnya dunia ana k adalah dunia bermain. Guru dapat
memanfaatkan permainan mereka itu dalam pembelajaran ALA. Beberapa
permainan dapat dilakukan di dalam kelas, ada juga yang lebih baik dilakukan di
luar. Adalah tuga s guru untuk memilih permainan yang sesuai dengan anak-anak
dan lingkungan.
Akan tetapi perlu diingat oleh guru bahwa permaian yang dilakukan dalam
pembelajaran ALA ini bukanlah tujua n utama, akan tetapi sebagai salah satu
cara untuk mencapai tujuan pembelajara n yaitu pemerolehan baha sa Arab.
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan oleh guru dalam
memilih dan mengembangkan permainan untuk kelas ALA, ya itu: (1) guru
hendaknya memilih permainan yang dapat mendorong siswa untuk
mengguna kan baha sa Arab, (2) guru hendaknya memilih permainan yang dapat
melibatkan seluruh kelas, (3) guru dapat menggunakan permainan sebagai
selingan, a tau pancingan, (4) guru hendaknya tidak memilih permainan yang
dapat mendorong siswa bersikap agresif, dan (5) guru sebaiknya tidak
mengguna kan permainan untuk jam pelajaran penuh (Anugerahwati, 2000).
Sebelum memulai permainan, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1)
menginformasikan kepada siswa bahwa kelas akan melakukan permainan. Hal ini
perlu agar mereka siap secara fisik dan mental untuk bermain, (2)
mengelompokka n siswa sesuai dengan kebutuhan permainan, (3) menjelaskan
aturan permainan sejelas mungkin, dan yakin bahwa setiap siswa sudah
memahami aturan tersebut, (4) mela tih siswa mengenai aspek-aspek
kebahasaan yang akan disajikan dalam permainan, dan (5) memberikan contoh
permainan sehingga siswa mengetahui dengan baik bagaimana permainan itu
harus dilakukan.

SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ALA sangatlah
strategis bagi pengembangan bahasa Arab secara umum di Indonesia, terutama
karena besarnya jumlah lembaga pendidikan tingkat dasar, baik formal maupun
non-formal.
Agar pembelajaran ALA dapat berjalan effektif dan effisien, diperlukan
pemahaman yang baik oleh guru mengenai berbagai aspek pembelajaran ALA
seperti strategi pembelajaran, pemilihan dan pengembangan materi, metode dan
teknik, media, dan eva luasi.
Disamping itu, guru juga perlu mengetahui dengan baik karakteristik anak
sebaga i siswa. Karakteristik siswa tersebut misalnya, siswa (1) masih belajar dan

senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang
mempraktekkan sesuatu yang ba ru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung
senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan pengharagaan, dan (6)
cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar.
Di a ntara teknik pembelaja ran yang relevan denga n karakteristik anak tersebut
adalah (1) lagu/nyanyian, (2) cerita/do ngeng, dan (3) permainan. Untuk dapat
menerapkan dengan benar ketiga teknik tersebut dalam pembelajaran ALA, guru
dituntut untuk kreatif, tidak saja dalam penciptaan da n penggunaan strategi
pembelajaran, tetapi juga dalam pemanfaatan berbagai maca m permainan dalam
pembelajaran ALA. Oleh Mubaihan

1 komentar: